Indonesia menduduki urutan nomor lima negara yang kaya air di dunia, memiliki curah hujan cukup tinggi. Tingginya curah hujan yang terjadi di Indonesia, tentunya sangat cocok dengan proses “panen dan pemanfaatan” hujan. Lalu muncul pertanyaan, untuk apa kita panen dan manfaatkan air hujan, sementara Indonesia kaya akan air. Jawabnya adalah, untuk menjaga keberadaan air tanah yang kini mulai terancam akibat meningkatnya populasi dan eksploitasi air tanah yang berlebih.
Tidak bisa dihindari, maraknya pembangunan di kota besar seperti Jakarta, mengurangi luasan tanah yang bertugas menyerap air hujan sebanyak-banyaknya. Akibatnya sudah pasti, berkurangnya air tanah. Ancaman lain yang timbul juga tidak kalah mengganggunya, munculnya genangan air dan banjir akibat lambatnya air meresap ke tanah.
Negara lain, Jepang misalnya, telah lama melakukan panen air hujan. Mereka banyak membangun tandon-tandon air, mulai dari halaman rumah, hingga di bawah jalan layang. Demikian juga dengan India yang memanen air hujan, agar tidak kekurangan air bersih saat musim panas tiba.
“Selama ini kita baru menikmati hujan dalam bentuk basah dan banjir. Kenapa tidak kita coba untuk memanfaatkan hujan untuk keseharian kita? PAH atau rain harvesting, adalah proses mengalirkan air hujan yang jatuh ke atap, kedalam tangki penampungan. Sedangkan untuk air limpasan dari tangki penampungan, disalurkan ke sumur resapan. Dengan cara ini, masyarakat dapat memanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari sekaligus membantu keberadaan air tanah,” ujar Arie Herlambang Kepala Bidang Pengelolaan Limbah PTL BPPT.
Sebagai lembaga intermediasi teknologi, BPPT memilih sekolah sebagai sarana yang tepat untuk mensosialisasikan pemanenan air hujan ini. “Sekolah yang kami pasang PAH, merasakan juga dampak positifnya. Secara kasat mata, tampak jelas tidak terjadi lagi genangan air yang sebelumnya banyak menggenangi jalanan sekitar sekolah. Demikian juga untuk keperluan siram-siram taman, mereka menggunakan air didalam bak,” tambah Robertus Haryoto, perekayasa Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT.
Terkait pemilihan sekolah sebagai tempat pengaplikasian PAH, Arie menjelaskan bahwa sekolah, merupakan awal yang tempat untuk melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pemanfaatan air hujan dan cara memanfaatkannya. Dari sekolah ini, diharapkan akan terjadi penyebaran informasi yang akan merubah cara pandang dan pola pikir masyarakat akan air hujan.
Belum terlambat bagi kita untuk mulai melakukan hal serupa. Yang terpenting saat ini, merubah cara pandang terhadap hujan itu sendiri. Hujan bisa membawa bencana, tapi hujan lebih banyak membawa manfaat, selama kita tahu benar cara memperlakukannya.